EMERGENSI KEBIDANAN
Materi
Kuliah 4, tanggal 18 Maret
2013
“PERDARAHAN POSTPARTUM
(PPH)”
Oleh Abdurrahman Laqif Alaydrus, dr.,
Sp.OG (K)
SMF./LAB.OB-GIN
RSDM/FK UNS SURAKARTA
O
DEFINISI
·
Definisi Lama
Kehilangan darah > 500 mL setelah persalinan
pervaginam
Kehilangan darah > 1000 mL setelah persalinan
sesar (SC)
·
Definisi Fungsional
Setiap kehilangan darah yang memiliki potensia
untuk menyebabkan gangguan hemodinamik
O
INSIDENS
5% dari
semua persalinan
O
ETIOLOGI (4T)
a.
Tone - Atoni uterus
b.
Tissue - Sisa plasenta/bekuan
c.
Trauma - laserasi, ruptur,inversio
d.
Thrombin - koagulopati
O
FAKTOR
RISIKO
O
DIAGNOSIS
PERDARAHAN PASCAPERSALINAN
Gejala dan tanda
yang selalu ada
|
Gejala dan tanda yang
Kadang-kadang ada
|
Diagnosis
kemungkinan
|
• Uterus tidak berkontraksi dan lembek
• Perdarahan setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan primer atau)
|
• Syok
|
Atonia uteri
|
• Perdarahan segera
• Darah segar yang mengalir segera setelah
bayi lahir
• Uterus kontraksi baik
• Plasenta lengkap
|
• Pucat
• Lemah
• Menggigil
|
Robekan jalan lahir
|
• Plasenta belum lahir setelah 30 menit
• Perdarahan segera (P3)
• Uterus kontraksi baik
|
• Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
• Inversio uteri akibat tarikan
• Perdarahan lanjutan
|
Retensio plasenta
|
• Plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap
• Perdarahan segera
|
• Uterus berkontaksi tetapi tinggi fundus
tidak berkurang (kontraksi hilang-timbul)
|
Tertinggalnya sebagian plasenta
|
• Uterus tidak teraba
• Lumen vagina terisi massa
• Tampak tali pusat (jika plasenta belum
lahir)
• Perdarahan segera
• Nyeri sedikit atau berat
|
• Syok neurogenik
• Pucat dan limbung
|
Inversio uteri
|
• Sub-involusi uterus
• Nyeri tekan perut bawah
• Perdarahan > 24 jam setelah persalinan.
Perdarahan sekunder atau P2S. Perdarahan bervariasi (ringan atau berat, terus
menerus atau tidak teratur) dan berbau (jika disertai infeksi)
|
• Anemia
• Demam
|
Perdarahan terlambat
Endometritis atau sisa plasenta (terinfeksi atau
tidak)
|
• Perdarahan segera (Perdarahan intraabdominal dan / atau
pervaginam
• Nyeri perut berat atau akut abdomen
|
• Syok
• Nyeri tekan perut
• Denyut nadi ibu cepat
|
Robekan dinding uterus (Ruptura uteri
|
O
Perdarahan
pascapersalinan àtermasuk
kegawatdaruratan obstetrik
Prinsip dasar penanganan
kegawatdaruratan
o
Sebagian besar
kegawatdaruratan dapat dihindari à perencanaan yang benar,
ikuti petunjuk klinis, pemantauan seksama
o
Reaksi terhadap
kegawatdaruratan à kerja tim dg anggota yang mengetahui : klinis
pasien, diagnosis, penanganan, manfaat
dan efek samping obat, peralatan gawat darurat dan cara kerjanya
O
PENCEGAHAN
o
Bersiap dan waspada
o
Manajemen aktif kala 3
· Oksitosin profilaksis setelah persalinan atau setelah lahir bahu
anterior
§ 10 U IM or 5 U IV bolus
§ 20 U/L N/S IV tetesan cepat
· Penjepitan dan pemotongan tali pusat secara cepat
· Peregangan tali pusat terkendali dengan perasat Brand-andrew
O
ACTIVE
V.S EXPECTANT THIRD STAGE MANAGEMENT
O
PENATALAKSANAAN
s
Penanganan
Umum
§ Jangan tinggalkan pasien sendiri
§ Mintalah bantuan. Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
§ Lakukan pemeriksaan secara tepat KU ibu,
termasuk tanda vital
§ ABC (Jaga jalan napas, O2, cairan)
§ Bila dicurigai adanya syok, segera lakukan
tindakan penanganan syok.
s
Penatalaksanaan
Diagnosis – Apakah ini HPP?
§ Pertimbangkan faktor risiko
§ Lakukan observasi jumlah perdarahan
§ Perhatikan darah yang keluar dari vagina
setelah operasi sesar
§ Ingat !!!
Darah yang hilang selalu dianggap sedikit dari
yang seharusnya
s
Penatalaksanaan
SYOK(+)/ (-) ????
A = airway
B = breathing
C = circulation
s
SYOK
c
Tanda dan gejala :
§ Nadi cepat dan lemah (110 x/mnt atau lebih)
§ Tekanan darah yang rendah (sistolik < 90
mmHg)
§ Tanda lain : pernafasan cepat, pucat, akral
dingin, gelisah, urin sedikit
§ Prinsip dasar penanganan : tujuan utama
menstabilkan kondisi pasien, memperbaiki volume cairan sirkulasi darah,
mengefisiensikan sistem sirkulasi darah.
c
Penanganan awal :
a. Minta bantuan, periksa seksama KU
ibu & td vital
b. ABC :
T
Jaga jalan napas, berbaring miring kiri, beri O2
5-6 L/mnt
T
Infus 2 buah dengan kanula jarum besar nomor 16
T
sambil diambil contoh darah untuk cross darah
T
Berikan paling sedikit 2000 cc cairan dalam 1 jam
pertama.
T
Setelah kehilangan cairan terkoreksi berikan
infus rumatan 500-1000 cc per-6-8 jam
T
Kateterisasi, ukur urin
T
Pantau tanda-tanda vital tiap 5’ à 15’ à 30’à 1 jam
c
Penanganan khusus :
T
Identifikasi dan atasi penyebab syok
T
Dalam obstetri à
syok ec perdarahan
s
Penatalaksanaan
∕ Diagnosis – Apa penyebab?
∕ Nilai fundus
∕ Periksa saluran genitalia bawah
∕ Eksplorasi uterus
a. Sisa plasenta
b. Ruptur uterus
c. Inversio uterus
∕ Nilai faktor perdarahan
s
Penanganan
Khusus
∕ Pastikan bahwa kontraksi uterus baik :
T
Pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah
T
Berikan oksitosin 20 unit drip dalam RL 500 cc 20-40 tetes / menit
∕ Lakukan kateterisasi, pantau cairan
keluar-masuk
∕ Periksa kelengkapan plasenta
∕
Periksa kemungkinan
robekan perineum, vagina, serviks,
atau ruptura uteri
∕ Jika perdarahan terus berlangsung, siapkan
rujukan
∕ Jika perdarahan teratasi, periksa kadar
hemoglobin :
c Hb < 7 g/dl atau Ht < 20% (anemia berat) :
Beri transfusi sampai dengan Hb >7 g/dl
c Hb 7-11 g/dl :
Beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat
120 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan
a. ATONIA UTERI
↓
Masase uterus, pasang minimal 2 IV line
Oksitosin 20-40 IU dlm RL 500 cc 20-40 tts,
Ergometrin 0,2 mg IM/IV
↓
|
Uterus tidak berkontraksi
Ergometrin 0,2 mg dapat diulang 15’ dari I
Misoprostol 1000 mcg rektal
↓
Kompresi bimanual
Kompresi aorta abdominalis
↓ perdarahan (+)
Tampon uterus
Rujuk RS
↓
Ligasi arteri atau histerektomi
b. RETENSIO PLASENTA
c
Plasenta belum lahir setengah jam setelah janin
lahir
c
Plasenta sudah lepas, inkarseratio plasenta
c
Plasenta adhesiva, plasenta akreta-perkreta
c
Perasat Brandt-Andrew
c
Manual plasenta
c
Bila diagnosis plasenta inkreta à
histerektomi
Plasenta manual
a.
Dilakukan bila plasenta
belum lahir 30 menit setelah bayi lahir
b.
Berikan sedativa dan
analgetik jika diperlukan (untuk relaksasi dan mencegah refleks vagal)
c.
Masukkan tangan secara
obstetrik dengan menelusuri bagian bawah tali pusat, sementara tangan yang lain
menahan fundus uteri
d.
Lepaskan implantasi
plasenta
e.
Jika plasenta tidak dapat
dilepaskan à plasenta akreta
c. INVERSIO UTERI
c
Bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga
fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri
c
Derajat 1, 2, 3
c
Terjadi tiba-tiba pada kala III, akibat tindakan
c
Gejala : nyeri, perdarahan
c
Diagnosis : fundus uteri tidak teraba, pada
derajat 3 dapat ditemui ostium tubae
c
Reposisi pervaginam segera dalam anestesi umum,
bila perlu laparotomi
Replacement of Inverted
Uterus
d. PERLUKAAN & PERISTIWA LAIN DALAM PERSALINAN
a. Perlukaan vulva
T
Pada primipara hati-hati laserasi periuretral
T
Ruptur perineum grade 1, 2, 3 , 4. Pemberian
laksans dan diet rendah serat pada grade 3-4
b. Perlukaan vagina
T
Sering pada ekstraksi dengan forceps
T
Dapat terjadi kolpaporeksis. Hati-hati à fistula
c. Robekan serviks
T
Lakukan eksplorasi
d. Ruptura uteri
T
Lakukan eksplorasi kavum uteri
T
Ditemukan sebagian besar pada bagian bawah uterus
T
Ruptura uteri spontan, ruptura uteri traumatik
(pada versi ekstraksi), ruptura uteri pada parut uteri (lebih sering pada
seksio sesarea klasik dibanding profunda)
e. Emboli air ketuban
T
Masuknya air ketuban melalui vena endoserviks
atau sinus vena yang terbuka di daerah tempat perlekatan plasenta
T
Adanya rambut lanugo, verniks kaseosa, mekoneum
menyumbat pemb darah kapiler. Zat asing dari janin menimbulkan reaksi
anafilaksis
f.
Hematoma
obstetrik
T
Karena pertolongan persalinan, karena penjahitan
luka episiotomi atau ruptura perinei yang kuarng sempurna
T
Hematoma infralevatorial atau supralevatorial
T
Lakukan eksplorasi dan hemostasis
O
KESIMPULAN
c
Prinsip dasar merujuk
kasus gawat darurat :
c
Kondisi pasien cukup
stabil
c
Stabilisasi penderita
dengan : oksigen, infus dan transfusi, obat
c
Transportasi
c
Didampingi tenaga
terlatih dan keluarga
c
Ringkasan kasus
c
Komunikasi dengan
keluarga
O
Management -
Evolution
O
Referensi
Alarm Course, in
Management of Post partum hemorrhage
SOGC Clinical Practice
Guidelines in Prevention and Management of Postpartum Haemorrhage. No.99, April
2000
O
Lampiran
O
Evidence
Kesimpulan:
Pemberian
prostaglandin dan juga misoprostol tidak lebih baik dibandingkan dengan
pemberian injeksi uterotonika konvensional pada manajemen aktif kala III
terutama pada wanita dengan risiko rendah
0 comments:
Post a Comment