Saturday, June 15, 2013

PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS


Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak
Materi Kuliah 7 , tanggal 7 Mei 2013
“PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS”


}   SEL SARAF
}   SISTEM SARAF PUSAT
}   SISTEM SARAF PUSAT
+   Terdapat 12 pasang syaraf kranial dimana beberapa diantaranya adalah serabut campuran, yaitu gabungan syaraf motorik dan sensorik, sementara lainnya adalah hanya syaraf motorik ataupun hanya syaraf sensorik.
+   Fungsi sel saraf sensorik adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
+   Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan.
+   Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.
1.  NERVUS I : OLFAKTORIUS
+   Tujuannya adalah untuk mendeteksi adanya gangguan menghidu, selain itu untuk mengetahui apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau penyakit hidung lokal.
+   Cara pemeriksaan
1.   Sebelumnya periksa lubang hidung apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip.
2.   Salah satu hidung pasien ditutup, dan pasien diminta untuk mencium bau-bauan tertentu yang tidak merangsang .
3.   Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lubang hidung yang lainnya dengan tangan.
+   Contoh bahan  : teh, kopi,tembakau,sabun, jeruk.
+   Adapun kelainan yang bisa didapatkan dapat berupa: 
1.   Anosmia adalah hilangnya daya penghiduan.
2.   Hiposmia adalah bila daya ini kurang tajam
3.   Hiperosmia adalah daya penghiduan yang terlalu peka.
4.   Parosmia adalah gangguan penghiduan bilamana tercium bau yang tidak sesuai misalnya minyak kayu putih tercium sebagai bau bawang goreng.
5.   Kakosmia : parosmia memuakkan
6.   Halusinasi olfaktorik : tanpa rangsangan


2.  NERVUS II : OPTIKUS
I.       optic nerve = Nervus opticus
II.      optic chiasm = Chiasma opticum
III.    optic tract = Tractus opticus
IV.    primary visual centre (lateral geniculate body) = Corpus geniculatum laterale
V.     optic radiation = Radiation optica
VI.    visual cortex = kortikales Sehzentrum


+   Pemeriksaan:
    membandingkan ketajaman penglihatan pemeriksa dengan jalan pasien disuruh melihat benda yang letaknya jauh misal jam didinding, membaca huruf di buku atau koran.
    melakukan pemeriksaan dengan menggunakan kartu Snellen. Pasien diminta untuk melihat huruf huruf sehingga tiap huruf dilihat pada jarak tertentu, 
    bila dengan melihat melalui lubang kecil (pin hole) huruf bertambah jelas maka faktor yang berperan mungkin gangguan refraksi.
    Pemeriksaan pengenalan warna dengan tes ishihara dan stiling atau dengan potongan benang wol berbagai warna.
    Pemeriksaan medan(lapangan) penglihatan
3.  NERVUS OKULOMOTORIUS/N III (MOTORIK)
+   Merupakan nervus yang mempersarafi otot-otot bola mata ekstena, levator palpebra dan konstriktor pupil.
+   Cara pemeriksaan :
    Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.
N. III, IV, VI
4.  NERVUS TROKHLEARIS/N IV (MOTORIK)
+   Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil.
+   Yang diperiksa adalah :
    ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil bila ukuran pupil sangat kecil dan midiriasis dengan ukuran >5 mm),
    bentuk pupil, kesamaan ukuran antara kedua pupil (isikor / sama, anisokor / tidak sama), dan reaksi pupil terhadap cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil.
    Dilihat juga apakah terdapat perdarahan pupil (diperiksa dengan funduskopi).
5.  NERVUS TRIGEMINUS/N V (MOTORIK DAN SENSORIK)
+   Merupakan syaraf yang mempersarafi sensoris wajah dan otot pengunyah. Alat yang digunakan : kapas, jarum, botol berisi air panas, kuliper/jangka dan garpu penala.
a.  Sensibilitas wajah :
    Rasa raba : pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung memanjang, dengan menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari area normal ke area dengan kelainan. Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan.
    Rasa nyeri : dengan menggunakan tusukan jarum tajam dan tumpul. Tanyakan pada klien apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai dari area normal ke area dengan kelainan.
    Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi air dingin dan air panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien disuruh meyebutkan panas atau dingin yang dirasakan
    Rasa sikap : dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta menyebutkan area wajah yang disentuh (atas atau bawah).
    Rasa getar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu penala yang disentuhkan ke wajah pasien.


b.  Otot mengunyah
Cara : pasien disuruh mengatup mulut kuat-kuat kemudian dipalpasi kedua otot pengunyah (muskulus maseter dan temporalis) apakah kontraksinya baik, kurang atau tidak ada. Kemudian dilihat apakah posisi mulut klien simetris atau tidak, mulut miring.
6.  Nervus Abdusens/N VI (motorik)
+   Fungsi otot bola mata dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral.
+   Cara seperti N. III : Lateral atas, medial atas, medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah. Pasien disuruh mengikuti arah pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa sesuai dengan keenam arah tersebut. Normal bila pasien dapat mengikuti arah dengan baik. Terbatas bila pasien tidak dapat mengikuti dengan baik karena kelemahan otot mata.
+   Nistagmus bila gerakan bola mata pasien bolak balik involunter.
7.  Nervus Fasialis/N VII (motorik dan sensorik)
+   Cara pemeriksaan : dengan memberikan sedikit zat makanan di 2/3 lidah bagian depan seperti gula, garam dan kina. Pasien disuruh menjulurkan lidah pada waktu diuji dan selama menentukan zat-zat yang dirasakan klien disuruh menyebutkan atau ditulis oleh klien.
8.  Nervus Akustikus/N VIII (sensorik)
a.   Pendengaran : diuji dengan mendekatkan, arloji ketelinga pasien di ruang yang disunyi. Telinga diuji bergantian dengan menutup salah telinga yang lain. Normal klien dapat mendengar detik arloji 1 meter. Bila jaraknya kurang dari satu meter kemungkinan pasien mengalami penurunan pendengaran.
b.   Keseimbangan : dilakukan dengan memperhatikan apakah klien kehilangan keseimbangan hingga tubuh bergoyang-goyang (keseimbangan menurun) dan normal bila pasien dapat berdiri/berjalan dengan seimbang. 
9.  Nervus Glosso-faringeus/N IX (motorik dan sensorik)
+   Cara pemeriksaan dengan menyentuhkan tongspatel ke posterior faring pasien. Timbulnya reflek muntah adalah normal (positif), negative bila tidak ada reflek muntah.
+   Membedakan manis dan asam di 1/3 anterio lidah
10.  Nervus Vagus/N X (motorik dan sensorik)
+   Cara pemeriksaan : pasien disuruh membuka mulut lebar-lebar dan disuruh berkata ‘aaah’ kemudian dilihat apakah terjadi regurgitasi ke hidung. Dan observasi denyut jantung klien apakah ada takikardi atau brakardi.

11.   Nervus Aksesorius/N XI (motorik)
+   Cara pemeriksaan : dengan menyuruh pasien menengok kesatu sisi melawan tangan pemeriksa, pemeriksa mempalpasi otot wajah.
+   Test angkat bahu dengan pemeriksa menekan bahu pasien ke bawah dan pasien berusaha mengangkat bahu ke atas. Normal bila klien dapat melakukannya dengan baik, bila tidak dapat kemungkinan klien mengalami parase.
12.  Nervus Hipoglosus (motorik)
+   Cara pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dan menarik lidah kembali, dilakukan berulang kali. Normal bila gerakan lidah terkoordinasi dengan baik, parese/miring bila terdapat lesi pada hipoglosus.

}   PX REFLEK BAYI
+   Refleks patologik
1)  Refleks Babinski
Dengan sebuah benda yang berujung agak tajam, telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu jari. Positif bila terjadi dari ibu jari dan biasanya disertai dengan pemekaran jari-jari kaki.
2) Refleks Chaddok
Tanda babinski timbul dengan menggoreskan bagian bawah dari maleous lateral kearah depan.
3) Reflek Oppenheim
Dengan mengurut tulang tibia dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah mulai dari lutut tengah mulai dari lutut menyusur ke bawah. Positif bila timbul tanda babinski.
4) Refleks Gordon
Otot gastrokmius/betis ditekan. Positif bila timbul tanda babinski.
+   Refleks Rooting 
Saat pipinya disentuh, bayi akan menggerakan kepalanya menuju
arah bagian yang disentuh sambil membuka mulutnya seperti siap menyusu. Menghilang saat bayi berusia 3-4 bulan. Bila tak ada respons atau ada respons tapi lemah, menunjukkan ada kelainan pada saraf otak. Bayi prematur biasanya belum memiliki 
+   Refleks Mengisap (Sucking)
Ketika ada benda masuk ke dalam mulutnya bayi akan mengisapnya. Menghilang saat bayi berusia 2-3 bulan. Bila tak ada respons, menunjukkan ada kelainan pada susunan saraf. Bayi prematur yang lahir sebelum usia kandungan 34 minggu biasanya belum memiliki refleks mengisap sehingga butuh alat bantu, seperti pipet agar tetap bisa mendapatkan ASI.
+   Refleks Menelan
Ketika ada benda mengenai langit-langit mulut, bayi menelannya. Bila tidak ada respons, ada kelainan susunan saraf.
Bayi baru lahir sebelum usia 1 minggu yang  belum memiliki refleks menelan butuh alat bantu, pipa orogastrik yang dipasang dari mulut ke lambung.
+   Refleks Moro. 
Ketika bayi terkejut/mengalami perubahan posisi secara tiba", bayi bereaksi seperti mau jatuh. Kepalanya tertarik ke belakang, melengkungkan punggung, kedua lengan dan kakinya direntangkan, kemudian dia akan menarik kedua lengganya ke arah dada. Menghilang saat bayi berusia 3-6 bln.
Bila tak ada respons, menunjukkan ada kelainan saraf. Bila gerakan tidak simetris/tak sama kuat menandakan ada cidera pada bagian tubuh tertentu, seperti retak tulang kaki atau tangan.
+   Refleks melangkah (stepping). 
Ketika tubuh diangkat diposisikan berdiri dia akan melakukan gerakan seperti melangkah. Menghilang saat bayi berusia 3-4 bulan. Bila tidak ada respons, menunjukkan ada kelainan pada motorik kasar, cidera perifer (semua saraf selaian otak dan saraf tulang belakang) atau kemungkinan ada retak pada tulang atau tulang di betis.
+   Refleks plantar.  
Ketika telapak kakinya disentuh, jari-jari kakinya akan menekuk dan telapak kakinya bergerak ke dalam menjauhi tulang kering. Menghilang saat bayi berusia 1 tahun. Bila tidak ada respons, menunjukkan ada kelainan pada susunan saraf.  Refleks ini tidak muncul bila bayi lahir prematur.
+   Refleks tonis neck.
Ketika dibaringkan dan wajahnya dipaling ke salah satu arah, misalnya kanan, tangannya akan membentuk posisi seperti pemain anggar dalam posisi siap, tangan kanannya lurus dan tangan kiri ditekuk.
Refleks ini sering juga disebut fencing reflex. menghilang saat bayi berusia 5-6 bulan.
Bila tak ada respons, menunjukkan ada kelainan pada susunan saraf.  Sebaliknya bila gerak refleks itu menetap kemungkunan ada kelainan otak.
+   Refleks menggenggam (palmar grasping/darwinian).
Ketika telapak tangannya disentuh, jari-jari menutup dan menggenggam benda yang menyentuh telapak tangannya.  Menghilang saat berusia diatas 2 bulan, dan timbul gerakan mengenggam disengaja. Bila tak ada respons atau respons menetap, menunjukkan kelainan saraf otak. Refleks ini juga kurang terlihat pad abayi prematur.
+   Refleks berenang (swimming).
Ketika bayi ditelungkupkan di kolam berisi air, ia akan menggerakkan tubuhnya seperti berenang,  tangan mengayuh dan kaki menendang-nendang. Refleks muncul sekitar usia 1 bulan. Menghilang saat usia 6-7 bulan. Bila tak ada respons gangguan motorik kasar dan refleks ini juga belum muncul pada bayi prematur. 
}   FUNGSI LUHUR
Kesadaran
a.   Coma : keadaan tidak sadar yang terendah. Tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri, refleks tendon, refleks pupil dan refleks batuk menghilang, inkontinensia urin dan tidak ada aktivitas motorik spontan.
b.   Soporocoma : keadaan tidak sadar menyerupai koma, tetapi respon terhadap rangsangan nyeri masih ada,refleks tendon dapat ditimbulkan. Biasanya masih ada inkontinensia urin dan
belum ada gerakan motorik spontan.
c.   Delirium : keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak,
berteriak-teriak dan tidak sadar terhadap orang lain,
tempat dan waktu.
d.   Somnolen/letargi : pasien dapat dibangunkan dengan rangsangan dan akan membuat respon motorik dan verbal yang layak. Pasien akan cepat tertidur lagi bila rangsangan dihentikan.
e.   Apatis : pasien tampak segan berhubungan dengan sekitarnya, tampak acuh tak acuh.
f.    Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
}   PEMERIKSAAN PENUNANG SISTEM SYARAF
A. Elektro Encephalografi (EEG)
Pengertian: adalah suatu cara untuk merekam aktifitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh.
B.  Computerized  Tomografi (CT Scan)
ü CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
ü Pemeriksaan ini dimaksudkan utuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan, yaitu :
§  Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
§  Perubaan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
§  Brain atrofi.
§  Hydrocephalus 
§  Inflamasi 
C. Lumbal fungsi
ü Adalah suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal melalui fungsi pada daerah lumbal.
ü Tujuan : mengambil cairan cerebrospinal untuk kepentingan pemeriksaan/ diagnostik maupun kepentingan therapi.
ü Indikasi 
a.   Untuk Diagnostik
§  Kecurigaan meningitis
§  Kecurigaan perdarahan sub arachnoid
§  Pemberian media kontras pada pemeriksaan myelografi
§  Evaluasi hasil pengobatan
b.   Untuk Therapi
§  Pemberian obat antineoplastik atau anti mikroba intra tekal.
Pemberian anesthesi spinal.
§  Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF
D. Elektromyografi (EMG)
ü Pengertian : Adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengukur dan mancatat aliran listrik yang di timbulkan oleh otot-otot skeletal. Dalam keadaan istirahat otot tidak melepaskan listrik tetapi bila otot berkontraksi secara volunter potensial aksi dapat di rekam.
ü Tujuan 
a)   Membantu membedakan antara ganguan otot primer seperti distrofi otot dan gangguan sekunder.
b)  Membantu menentukan penyakit degeneratif saraf sentral.
c)   Membantu mendiagnosa gangguan neuromuskuler seperti myestenia gravis.
E.  Angiografi 
ü Angiografi dilakukan untuk melihat secara langsung sistem pembuluh darah otak. Prosedur ini umumnya dilakukan di bagian radiologi. Zat kontras dimasukan melalui arteri. Biasanya pada arteri carotis dan arteri vertebra, atau mungkin pada arteri brachialis atau arteri femoralis.
ü Angiografi dapat mendeteksi :
1.   Sumbatan pada pembuluh darah serebral pada stroke.
2.   Anomali congenetal pembuluh darah.
3.   Pergeseran pembuluh darah yang mungkin mengidentifikasikan SOL (Space Occupying Lession)
4.   Malformasi vaskuler, seperti pada aneurisme atau angioma.

0 comments:

Post a Comment