Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak
Materi Kuliah 7 , tanggal 7 Mei 2013
“PEMERIKSAAN
NERVUS CRANIALIS”
}
SEL SARAF
} SISTEM SARAF PUSAT
} SISTEM SARAF PUSAT
+ Terdapat 12 pasang
syaraf kranial dimana beberapa diantaranya adalah serabut campuran, yaitu
gabungan syaraf motorik dan sensorik, sementara lainnya adalah hanya syaraf
motorik ataupun hanya syaraf sensorik.
+ Fungsi sel saraf
sensorik adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu
otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf
sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
+ Fungsi sel saraf motor
adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang
hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan.
+ Sel saraf intermediet
disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf
pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau
berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel
saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi
lainnya.
1.
NERVUS I : OLFAKTORIUS
+ Tujuannya adalah untuk
mendeteksi adanya gangguan menghidu, selain itu untuk mengetahui apakah
gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau penyakit hidung lokal.
+ Cara pemeriksaan
1. Sebelumnya periksa
lubang hidung apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau
polip.
2. Salah satu hidung
pasien ditutup, dan pasien diminta untuk mencium bau-bauan tertentu yang tidak
merangsang .
3. Tiap lubang hidung
diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lubang hidung yang lainnya dengan
tangan.
+ Contoh bahan : teh, kopi,tembakau,sabun, jeruk.
+ Adapun kelainan yang
bisa didapatkan dapat berupa:
1. Anosmia adalah hilangnya
daya penghiduan.
2. Hiposmia adalah bila daya
ini kurang tajam
3. Hiperosmia adalah daya
penghiduan yang terlalu peka.
4. Parosmia adalah gangguan
penghiduan bilamana tercium bau yang tidak sesuai misalnya minyak kayu putih
tercium sebagai bau bawang goreng.
5. Kakosmia : parosmia
memuakkan
6. Halusinasi olfaktorik
: tanpa rangsangan
2.
NERVUS II : OPTIKUS
I.
optic
nerve = Nervus opticus
II. optic chiasm = Chiasma
opticum
III. optic tract = Tractus
opticus
IV. primary visual centre
(lateral geniculate body) = Corpus geniculatum laterale
V. optic radiation =
Radiation optica
VI. visual cortex =
kortikales Sehzentrum
+
Pemeriksaan:
•
membandingkan
ketajaman penglihatan pemeriksa dengan jalan pasien disuruh melihat benda yang
letaknya jauh misal jam didinding, membaca huruf di buku atau koran.
•
melakukan
pemeriksaan dengan menggunakan kartu Snellen. Pasien diminta untuk melihat
huruf huruf sehingga tiap huruf dilihat pada jarak tertentu,
•
bila
dengan melihat melalui lubang kecil (pin hole) huruf bertambah jelas maka
faktor yang berperan mungkin gangguan refraksi.
•
Pemeriksaan
pengenalan warna dengan tes ishihara dan stiling atau dengan potongan benang
wol berbagai warna.
•
Pemeriksaan
medan(lapangan) penglihatan
3.
NERVUS OKULOMOTORIUS/N III (MOTORIK)
+ Merupakan nervus yang
mempersarafi otot-otot bola mata ekstena, levator palpebra dan konstriktor
pupil.
+ Cara pemeriksaan :
•
Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil
dan inspeksi kelopak mata.
N. III, IV, VI
4.
NERVUS TROKHLEARIS/N IV (MOTORIK)
+ Pemeriksaan pupil
dengan menggunakan penerangan senter kecil.
+ Yang diperiksa adalah
:
•
ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal dengan ukuran
4-5 mm, pin point pupil bila ukuran pupil sangat kecil dan midiriasis dengan
ukuran >5 mm),
•
bentuk pupil, kesamaan ukuran antara kedua pupil (isikor / sama,
anisokor / tidak sama), dan reaksi pupil terhadap cahaya (positif bila tampak
kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil.
•
Dilihat juga apakah terdapat perdarahan pupil (diperiksa dengan
funduskopi).
5.
NERVUS TRIGEMINUS/N V (MOTORIK DAN SENSORIK)
+ Merupakan syaraf yang
mempersarafi sensoris wajah dan otot pengunyah. Alat yang digunakan : kapas,
jarum, botol berisi air panas, kuliper/jangka dan garpu penala.
a. Sensibilitas wajah :
•
Rasa raba : pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung memanjang,
dengan menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari area normal ke area
dengan kelainan. Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan.
•
Rasa nyeri : dengan menggunakan tusukan jarum tajam dan tumpul.
Tanyakan pada klien apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai dari area
normal ke area dengan kelainan.
•
Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi
air dingin dan air panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien
disuruh meyebutkan panas atau dingin yang dirasakan
•
Rasa sikap : dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta
menyebutkan area wajah yang disentuh (atas atau bawah).
•
Rasa getar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu
penala yang disentuhkan ke wajah pasien.
b. Otot mengunyah
Cara
: pasien disuruh mengatup mulut kuat-kuat kemudian dipalpasi kedua otot
pengunyah (muskulus maseter dan temporalis) apakah kontraksinya baik, kurang
atau tidak ada. Kemudian dilihat apakah posisi mulut klien simetris atau tidak,
mulut miring.
6.
Nervus Abdusens/N VI (motorik)
+ Fungsi otot bola mata
dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral.
+ Cara seperti N. III :
Lateral atas, medial atas, medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah.
Pasien disuruh mengikuti arah pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa sesuai
dengan keenam arah tersebut. Normal bila pasien dapat mengikuti arah dengan
baik. Terbatas bila pasien tidak dapat mengikuti dengan baik karena kelemahan
otot mata.
+ Nistagmus bila gerakan
bola mata pasien bolak balik involunter.
7.
Nervus Fasialis/N VII (motorik dan sensorik)
+ Cara pemeriksaan :
dengan memberikan sedikit zat makanan di 2/3 lidah bagian depan seperti gula,
garam dan kina. Pasien disuruh menjulurkan lidah pada waktu diuji dan selama
menentukan zat-zat yang dirasakan klien disuruh menyebutkan atau ditulis oleh
klien.
8.
Nervus Akustikus/N VIII (sensorik)
a. Pendengaran : diuji
dengan mendekatkan, arloji ketelinga pasien di ruang yang disunyi. Telinga
diuji bergantian dengan menutup salah telinga yang lain. Normal klien dapat
mendengar detik arloji 1 meter. Bila jaraknya kurang dari satu meter
kemungkinan pasien mengalami penurunan pendengaran.
b. Keseimbangan :
dilakukan dengan memperhatikan apakah klien kehilangan keseimbangan hingga
tubuh bergoyang-goyang (keseimbangan menurun) dan normal bila pasien dapat
berdiri/berjalan dengan seimbang.
9.
Nervus Glosso-faringeus/N IX (motorik dan sensorik)
+ Cara pemeriksaan
dengan menyentuhkan tongspatel ke posterior faring pasien. Timbulnya reflek
muntah adalah normal (positif), negative bila tidak ada reflek muntah.
+ Membedakan manis dan
asam di 1/3 anterio lidah
10.
Nervus Vagus/N X (motorik dan sensorik)
+ Cara pemeriksaan :
pasien disuruh membuka mulut lebar-lebar dan disuruh berkata ‘aaah’ kemudian
dilihat apakah terjadi regurgitasi ke hidung. Dan observasi denyut jantung
klien apakah ada takikardi atau brakardi.
11.
Nervus Aksesorius/N XI (motorik)
+ Cara pemeriksaan :
dengan menyuruh pasien menengok kesatu sisi melawan tangan pemeriksa, pemeriksa
mempalpasi otot wajah.
+ Test angkat bahu dengan
pemeriksa menekan bahu pasien ke bawah dan pasien berusaha mengangkat bahu ke
atas. Normal bila klien dapat melakukannya dengan baik, bila tidak dapat kemungkinan
klien mengalami parase.
12.
Nervus Hipoglosus (motorik)
+ Cara pemeriksaan :
pasien disuruh menjulurkan lidah dan menarik lidah kembali, dilakukan berulang
kali. Normal bila gerakan lidah terkoordinasi dengan baik, parese/miring bila
terdapat lesi pada hipoglosus.
} PX REFLEK BAYI
+
Refleks patologik
1) Refleks Babinski
Dengan sebuah benda yang berujung agak tajam,
telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu
jari. Positif bila terjadi dari ibu jari dan biasanya disertai dengan pemekaran
jari-jari kaki.
2) Refleks Chaddok
Tanda babinski timbul dengan menggoreskan
bagian bawah dari maleous lateral kearah depan.
3) Reflek Oppenheim
Dengan mengurut tulang tibia dengan ibu jari,
jari telunjuk dan jari tengah mulai dari lutut tengah mulai dari lutut menyusur
ke bawah. Positif bila timbul tanda babinski.
4) Refleks Gordon
Otot gastrokmius/betis ditekan. Positif bila
timbul tanda babinski.
+
Refleks Rooting
Saat
pipinya disentuh, bayi akan menggerakan kepalanya menuju
arah bagian yang disentuh sambil membuka mulutnya seperti siap menyusu. Menghilang saat bayi berusia 3-4 bulan. Bila tak ada respons atau ada respons tapi lemah, menunjukkan ada kelainan pada saraf otak. Bayi prematur biasanya belum memiliki
arah bagian yang disentuh sambil membuka mulutnya seperti siap menyusu. Menghilang saat bayi berusia 3-4 bulan. Bila tak ada respons atau ada respons tapi lemah, menunjukkan ada kelainan pada saraf otak. Bayi prematur biasanya belum memiliki
+ Refleks Mengisap
(Sucking)
Ketika
ada benda masuk ke dalam mulutnya bayi akan mengisapnya. Menghilang saat bayi
berusia 2-3 bulan. Bila tak ada respons, menunjukkan ada kelainan pada susunan
saraf. Bayi prematur yang lahir sebelum usia kandungan 34 minggu biasanya belum
memiliki refleks mengisap sehingga butuh alat bantu, seperti pipet agar tetap
bisa mendapatkan ASI.
+ Refleks Menelan
Ketika
ada benda mengenai langit-langit mulut, bayi menelannya. Bila tidak ada respons,
ada kelainan susunan saraf.
Bayi
baru lahir sebelum usia 1 minggu yang
belum memiliki refleks menelan butuh alat bantu, pipa orogastrik yang
dipasang dari mulut ke lambung.
+ Refleks Moro.
Ketika
bayi terkejut/mengalami perubahan posisi secara tiba", bayi bereaksi
seperti mau jatuh. Kepalanya tertarik ke belakang, melengkungkan punggung,
kedua lengan dan kakinya direntangkan, kemudian dia akan menarik kedua
lengganya ke arah dada. Menghilang saat bayi berusia 3-6 bln.
Bila
tak ada respons, menunjukkan ada kelainan saraf. Bila gerakan tidak
simetris/tak sama kuat menandakan ada cidera pada bagian tubuh tertentu,
seperti retak tulang kaki atau tangan.
+ Refleks melangkah
(stepping).
Ketika
tubuh diangkat diposisikan berdiri
dia akan melakukan gerakan seperti melangkah. Menghilang saat bayi berusia 3-4
bulan. Bila tidak ada respons, menunjukkan ada kelainan pada motorik kasar,
cidera perifer (semua saraf selaian otak dan saraf tulang belakang) atau
kemungkinan ada retak pada tulang atau tulang di betis.
+ Refleks plantar.
Ketika
telapak kakinya disentuh, jari-jari kakinya akan menekuk dan telapak kakinya
bergerak ke dalam menjauhi tulang kering. Menghilang saat bayi berusia 1 tahun.
Bila tidak ada respons, menunjukkan ada kelainan pada susunan saraf.
Refleks ini tidak muncul bila bayi lahir prematur.
+
Refleks tonis neck.
Ketika
dibaringkan dan wajahnya dipaling ke salah satu arah, misalnya kanan, tangannya
akan membentuk posisi seperti pemain anggar dalam posisi siap, tangan kanannya
lurus dan tangan kiri ditekuk.
Refleks
ini sering juga disebut fencing reflex. menghilang saat bayi berusia 5-6 bulan.
Bila
tak ada respons, menunjukkan ada kelainan pada susunan saraf. Sebaliknya
bila gerak refleks itu menetap kemungkunan ada kelainan otak.
+
Refleks menggenggam (palmar grasping/darwinian).
Ketika
telapak tangannya disentuh, jari-jari menutup dan menggenggam benda yang
menyentuh telapak tangannya. Menghilang saat berusia diatas 2 bulan, dan timbul
gerakan mengenggam disengaja. Bila tak ada respons atau respons menetap,
menunjukkan kelainan saraf otak. Refleks ini juga kurang terlihat pad abayi
prematur.
+ Refleks berenang
(swimming).
Ketika
bayi ditelungkupkan di kolam berisi air, ia akan menggerakkan tubuhnya seperti
berenang, tangan mengayuh dan kaki menendang-nendang. Refleks muncul
sekitar usia 1 bulan. Menghilang saat usia 6-7 bulan. Bila tak ada respons
gangguan motorik kasar dan refleks ini juga belum muncul pada bayi prematur.
} FUNGSI LUHUR
Kesadaran
a. Coma : keadaan tidak
sadar yang terendah. Tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri, refleks
tendon, refleks pupil dan refleks batuk menghilang, inkontinensia urin dan
tidak ada aktivitas motorik spontan.
b. Soporocoma : keadaan
tidak sadar menyerupai koma, tetapi respon terhadap rangsangan nyeri masih
ada,refleks tendon dapat ditimbulkan. Biasanya masih ada inkontinensia urin dan
belum ada gerakan motorik spontan.
belum ada gerakan motorik spontan.
c. Delirium : keadaan
kacau motorik yang sangat, memberontak,
berteriak-teriak dan tidak sadar terhadap orang lain,
tempat dan waktu.
berteriak-teriak dan tidak sadar terhadap orang lain,
tempat dan waktu.
d. Somnolen/letargi :
pasien dapat dibangunkan dengan rangsangan dan akan membuat respon motorik dan
verbal yang layak. Pasien akan cepat tertidur lagi bila rangsangan dihentikan.
e. Apatis : pasien tampak
segan berhubungan dengan sekitarnya, tampak acuh tak acuh.
f. Compos Mentis : sadar
sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
} PEMERIKSAAN PENUNANG
SISTEM SYARAF
A. Elektro Encephalografi
(EEG)
Pengertian: adalah suatu cara untuk merekam aktifitas
listrik otak melalui tengkorak yang utuh.
B. Computerized Tomografi (CT Scan)
ü CT Scan adalah suatu
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari
tulang tengkorak dan otak.
ü Pemeriksaan ini
dimaksudkan utuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan,
yaitu :
§ Gambaran lesi dari tumor,
hematoma dan abses.
§ Perubaan vaskuler :
malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
§ Brain atrofi.
§ Hydrocephalus
§ Inflamasi
C. Lumbal fungsi
ü Adalah suatu cara pengambilan
cairan cerebrospinal melalui fungsi pada daerah lumbal.
ü Tujuan : mengambil cairan
cerebrospinal untuk kepentingan pemeriksaan/ diagnostik maupun kepentingan
therapi.
ü Indikasi
a. Untuk Diagnostik
§ Kecurigaan meningitis
§ Kecurigaan perdarahan sub
arachnoid
§ Pemberian media kontras
pada pemeriksaan myelografi
§ Evaluasi hasil pengobatan
b. Untuk Therapi
§ Pemberian obat
antineoplastik atau anti mikroba intra tekal.
Pemberian anesthesi spinal.
Pemberian anesthesi spinal.
§ Mengurangi atau
menurunkan tekanan CSF
D. Elektromyografi (EMG)
ü Pengertian : Adalah suatu cara
yang dilakukan untuk mengukur dan mancatat aliran listrik yang di timbulkan
oleh otot-otot skeletal. Dalam keadaan istirahat otot tidak melepaskan listrik
tetapi bila otot berkontraksi secara volunter potensial aksi dapat di rekam.
ü Tujuan
a) Membantu membedakan
antara ganguan otot primer seperti distrofi otot dan gangguan sekunder.
b) Membantu menentukan penyakit
degeneratif saraf sentral.
c) Membantu mendiagnosa
gangguan neuromuskuler seperti myestenia gravis.
E. Angiografi
ü Angiografi dilakukan
untuk melihat secara langsung sistem pembuluh darah otak. Prosedur ini umumnya
dilakukan di bagian radiologi. Zat kontras dimasukan melalui arteri. Biasanya
pada arteri carotis dan arteri vertebra, atau mungkin pada arteri brachialis atau
arteri femoralis.
ü Angiografi dapat
mendeteksi :
1. Sumbatan pada pembuluh
darah serebral pada stroke.
2. Anomali congenetal
pembuluh darah.
3. Pergeseran pembuluh darah
yang mungkin mengidentifikasikan SOL (Space Occupying Lession)
4.
Malformasi vaskuler, seperti pada aneurisme atau angioma.
0 comments:
Post a Comment