EPIDEMIOLOGI 2
Materi 1, 05 September 2012
“PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
EPIDEMIOLOGI”
Oleh dr. Nana Hoemardewi, M.Kes
A. Pengertian
Epidemiologi
Pengertian
epidemiologi dapat ditinjau dari berbagai aspek sesuai dengan tujuan
masing-masing yaitu:
1. Aspek akademik
2. Aspek praktis
3. Aspek klinis
dan
4. Aspek
administratif.
Aspek Akademik
Secara
akademik, epidemiologi berarti analisis data kesehatan, sosial ekonomi dan
kecenderungan yang terjadi untuk mengadakan identifikasi dan interpretasi
perubahan-perubahan keadaan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi di
masyarakat umum atau kelompok tertentu.
Aspek Praktis
Ditinjau
dari segi praktis, epidemiologi merupakan ilmu yang ditujukan pada upaya
pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok atau masyarakat
umum.
Dalam
hal ini penyebab penyakit tidak harus diketahui secara pasti, tetapi diutamakan
pada cara penularan, infektivitas, menghindarkan agent yang diduga sebagai
penyebab, toksin atau lingkungan, dan membentuk kekebalan untuk menjamin
kesehatan masyarakat, misalnya:
a. Ditemukannya
efek samping obat iodokloroquinolon yang serius di Jepang, walaupun saat
itu mekanismenya belum diketahui dengan jelas dan di Indonesia belum ditemukan
adanya efek samping tersebut, tetapi pemerintah Indonesia melalui Depkes telah
melarang beredarnya obat tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
penyebaran efek samping obat tersebut masuk ke Indonesia.
b. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS),
walaupun cara perlindungan dan pengobatan belum diketahui tetapi telah dilakukan
berbagai upaya untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut, misalnya harus ada
keterangan bebas AIDS untuk dapat masuk suatu negara, screening pada donor
darah, pengawasan terhadap perilaku homoseks dan lain-lain.
Aspek Klinis
Ditinjau dari
segi klinis, epidemiologi berarti suatu usaha untuk mendeteksi secara dini
perubahan insidensi atau prevalensi melalui penemuan klinis atau laboratoris
pada awal kejadian luar biasa atau timbulnya penyakit baru seperti karsinoma
vagina pada gadis remaja atau AIDS yang awalnya ditemukan secara klinis.
Aspek
Administratif
Epidemiologi
secara administratif berarti suatu usaha untuk mengetahui status kesehatan
masyarakat di suatu wilayah atau negara agar dapat diberikan pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Usaha
ini membutuhkan data tentang pengalaman petugas kesehatan setempat, data
populasi dan data tentang pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh
masyarakat.
PENGERTIAN
EPIDEMIOLOGI MENURUT:
v asal kata
Epi = pada/di antara, Demos = penduduk/rakyat dan
Logos = Ilmu/doktrin.
Epidemiologi
berarti ilmu yang dipakai untuk mencari pemecahan masalah kesehatan yang
terjadi pada masyarakat. Ketika wabah penyakit menular melanda bangsa-bangsa di
dunia, epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang epidemi (wabah)
v Ilmu Terapan (Mc. Mohan,
1970; Susser, 1973; Lilienfield, 1980)
Epidemiologi
adalah Ilmu yang mempelajari penyakit dan status kesehatan pada masyarakat
v Last, J.M, Ed (1988)
Epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan faktor-faktor determinan yang
mempengaruhi status kesehatan atau menyebabkan terjadinya penyakit atau
gangguan kesehatan pada kelompok masyarakat tertentu dan penggunaan studi
tersebut untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
v Kesepakatan
Internasional Ahli Epidemiologi di Amerika tahun 1991
Epidemiologi
adalah Ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan berbagai
masalah kesehatan di dalam masyarakat yang aplikasinya ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
v Regional Commitee
Meeting Ke-42
Epidemiologi
yaitu ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa kesehatan
dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yang menimpa sekelompok
masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah
kesehatan.
v Definisi Lain
Epidemiologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari distribusi, frekuensi dan determinan
penyakit atau masalah kesehatan pada masyarakat.
Berdasarkan
definisi-definisi tersebut diatas, terkandung tiga komponen penting dalam
epidemiologi yaitu: Frekuensi, Distribusi dan Determinan.
· Frekuensi merupakan
upaya melakukan kuantifikasi atau proses patologis atas kejadian untuk mengukur
besarnya kejadian/masalah serta untuk melakukan perbandingan.
· Distribusi menunjukkan
bahwa dalam memahami kejadian yang berkaitan dengan penyakit atau masalah
kesehatan; epidemiologi menggambarkan kejadian tersebut menurut
karakter/variabel Orang, Tempat dan Waktu. Artinya dalam penyelidikannya selalu
menjawab pertanyaan siapa yang terkena penyakit di dalam populasi serta kapan
dan di mana penyakit tersebut terjadi. Guna menjawab pertanyaan tersebut
mungkin diperlukan perbandingan antara populasi yang berbeda dalam waktu yang
sama, antara subgroup di dalam suatu populasi, atau antara berbagai periode
observasi.
Pengetahuan
tentang distribusi penyakit diperlukan untuk menjelaskan pola penyakit serta
merumuskan hipotesis tentang kemungkinan faktor penyebab.
· Determinan adalah faktor
yang mempengaruhi, berhubungan atau memberi resiko terhadap terjadinya
penyakit/masalah kesehatan. Merupakan kelanjutan dua komponen terdahulu, karena
pengetahuan tentang frekuensi dan distribusi penyakit diperlukan untuk menguji
hipotesis epidemiologi; jadi menunjukkan faktor penyebab dari suatu masalah
kesehatan, baik yang menerangkan frekuensi, penyebaran dan penyebab munculnya
masalah kesehatan.
B. SEJARAH
PERKEMBANGAN
Epidemiologi
merupakan ilmu yang telah dikenal sejak zaman dahulu bahkan berkembang
bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu
dengan yang lain. Misalnya, studi epidemiologi bertujuan mengungkapkan penyebab
suatu penyakit atau program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang
membutuhkan pengetahan ilmu kedokteran seperti:
1. ilmu Faal 4. mikrobiologi, dan
2. biokimia 5. genetika
3. patologi
Hasil
yang diperoleh dari studi epidemiologi dapat digunakan untuk menentukan
pengobatan suatu penyakit, melakukan pencegahan atau meramalkan hasil
pengobatan. Perbedaannya: ilmu kedokteran lebih menekankan pelayanan kasus demi
kasus, sedangkan epidemiologi lebih menekankan pada kelompok individu. Oleh
karena itu pada epidemiologi selain membutuhkan ilmu kedokteran juga
membutuhkan disiplin ilmu lain seperti:
1. demografi 5. lingkungan fisik
2. sosiologi 6. ekonomi
3. antropologi 7. budaya, dan
4. geologi 8. statistika
Dari uraian di
atas, jelaslah bahwa epidemiologi merupakan ilmu yang kompleks. Walapun
epidemiologi telah dikenal dan dilaksanakan sejak zaman dahulu tetapi dalam
perkembangannya mengalami banyak hambatan hingga baru pada beberapa dasawarsa
terakhir ini epidemiologi diakui sebagai suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu
epidemiologi seolah-olah merupakan ilmu yang baru.
Salah satu
penyebab hambatan tersebut adalah; belum semua ahli bidang kedokteran pada saat
itu setuju dengan metode yang digunakan dalam epidemiologi. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli
pengobatan dan metode epidemiologi, terutama pada masa berlakunya paradigma
bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.
Keberhasilan
menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih dari para sarjana
seperti Hippocrates, John Graunt, John Snow, Willian Farr, Ribert Koch, James
Lind< Lord Kelvin, Kuhn, dan Francies Galton.
Para sarjana
itu telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga saat ini. Konsep-konsep
tersebut adalah:
1.
pengaruh
lingkungan terhadap kejadian penyakit
2.
penggunaan
data kuantitatif dan statistik
3. penularan
penyakit, dan
4. eksperimen pada
manusia
1. Pengaruh
Lingkungan Terhadap Kejadian Penyakit
Orang
pertama yang berpikir bahwa terdapat hubungan antara keadaan lingkungan dengan
kejadian penyakit adalah Hippocrates yang hidup pada zaman Yunani antara
460-370 SM. Hippocrates merupakan seorang ‘dokter terbesar’ pada zaman nya dan dianggap sebagai bapak ilmu kedokteran.
Selain itu, Hippocrates juga seorang higienis yang dikenal melalui tulisannya
yang berjudul “Air, Waters, and Places”. Dalam tulisan tersebut, Hippocrates
mengemukakan bahwa ... barang siapa yang ingin mempelajari ilmu kedokteran
harus memperhatikan keadaan musim dan akibatnya, memperhatikan dan mempelajari
tentang angin, udara, kedudukan kota, terbit dan tenggelam nya matahari,
kebiasaan makan dan minum, pakaian dan gizi, air yang digunakan penduduk,
keadaan tanah, kebiasaan hidup masyarakat dan lain-lain.
Dari kutipan di
atas jelaslah bahwa Hippocrates menekankan pentingnya menentukan pengaruh
berbagai faktor lingkungan dan kebiasaan hidup terhadap timbulnya penyakit.
Dengan kata lain, Hippocrates telah menghubungkan timbulnya penyakit dengan
faktor lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial.
Hippocrates
juga menyatakan bahwa epidemi merupakan suatu kejadian massal dan dari
pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa Hippocrates merupakan ahli
epidemiologi yang pertama di dunia.
2. Penggunaan Data
Kuantitatif dan Statistik
Pentingnya data
kuantitatif dalam ilmu pengetahuan dinyatakan oleh Lord Kelvin yang diungkapkan
oleh Kuhn dalam bentuk lain, tetapi mempunyai arti yang tidak berbeda yaitu
bila anda tidak dapat menyatakan sesuatu dalam bentuk angka maka pengetahuan
anda belum sempurna.
Pernyataan ini
diikuti oleh berbagai sarjana termasuk Francies Galton. Sejak saat itu data
kuantitatif menjadi sangat populer dan banyak digunakan dalam berbagai disiplin
ilmu. Penggunaan data statistik untuk memberikan informasi tentang kesehatan
dan kematian diawali oleh John Graunt pada tahun 1662 dalam publikasinya yang
berjudul ”National and Political
Observations Mentioned in a following Index and Made The Bill of Mortality”.
Dalam
publikasinya, Graunt mengadakan pencatatan kelahiran dan kematian di kota
London yang diperoleh selama 30 tahun sejak tahun 1632. Dari hasil pencatatan
tersebut disimpulkan bahwa:
1. biasanya jumlah
kelahiran laki-laki lebih banyak dari wanita;
2. angka kematian
terbanyak terjadi pada bayi;
3. angka kematian
bervariasi menurut musim
4. kematian
disebakan karena penyakit akut dan kronis.
Di samping itu,
Graunt juga membuat tabel perjalanan hidup berdasarkan hasil pencatatan yang
diperolehnya. Tabel tersebut berisi jumlah dan presentasi atau probabilitas kematian
pada setiap golongan umur selama hayatnya.
Walaupun
penggunaan statistik dalam analisis kematian dan kelahiran masih sederhana,
tetapi hal ini telah mengubah pola pikir terhadap metode analisis yang lazim
digunakan pada saat itu. Berdasarkan publikasi dan pemikirannya ini, John
Graunt dianggap sebagai bapak statistik.
3. Penularan
Penyakit
Pengertian
bahwa suatu penyakit dapat menular telah dikenal dan dilakukan sejak abad
pertengahan yaitu berupa pengisolasian penderita lepra yang dilakukan oleh
gereja. Konsep tentang penularan penyakit diawali Fracastorius (1483-1553)
dengan teori “ de contagione “ yaitu
penularan penyakit yang terjadi melalui jassad yang sangat kecil dan tidak
tampak.
Setelah itu
perkembangan epidemiologi mengalami kemacetan sampai abad ke-18 karena adanya
revolusi industri di Inggris. Dampak dari revolusi industri ini menimbulkan
berbagai permasalahan sosial dan kesehatan, seperti meningkatnya kepadatan
penduduk yang mengakibatkan timbulnya daerah kumuh dan perumahan, sanitasi,
pembuangan sampah dan tinja yang sangat buruk.
Keadaan
tersebut menimbulkan masalah kesehatan yang serius hingga London dilanda wabah
kholera yang sedemikian seringnya hingga dijuluki sebagai “bapak kesehatan
masyarakat”. Penggunaan metode epidemiologi dalam analisis data epidemi juga
terjadi pada saat itu. Misalnya studi epidemiologi tentang epidemi kholera yang
terjadi di kota London diawali oleh William Farr pada abad-19. Yang dilakukan
oleh Willian Farr dalam analisis epidemi kholera adalah sebagai berikut:
1. Farr mengadakan
pengamatan kematian yang terjadi di berbagai institusi seperti penjara,
industri tambang dan lain-lain serta membandingkannya dengan kematian yang
terjadi di masyarakat umum.
2. Farr juga
menggunakan metode statistik dalam analisis data epidemi kholera di London
untuk mendemonstrasikan adanya hubungan antara insidensi dan distribusi kholera
dengan pencemaran air minum yang bersumber dari sungai Thames. Dalam analisis
tersebut Farr mempertimbangkan “population
at risk” dan membandingkan dengan berbagai kelompok masyarakat. Dengan
demikian Farr memperkenalkan istilah tersebut yang berarti kelompok penduduk
yang mempunyai risiko untuk terkena kholera yaitu semua penduduk yang
menggunakan air minum yang berasal dari sungai Thames.
Metode analisis
yang digunakan oleh Willian Farr untuk menganalisis data epidemi kholera di
kota London tersebut merupakan prinsip dasar epidemiologi modern saat ini. Hal
tersebut tampak pada penggunaan metode statistik dan statistik vital yang
dianggap mempunyai peran penting dalam studi epidemiologi.
Selain William
Farr pengamatan epidemi kholera dikota London dilakukan juga oleh Dr. John
Snow. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, Snow menemukan hal-hal berikut:
1. Terdapat
hubungan antara air minum dengan insidensi penyakit kholera
2. pada epidemi
serupa yang terjadi pada awal Agustus sampai 2 September 1854; Snow menarik
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan insidensi
penyakit kholera dengan perbedaan sumber air minum yang digunakan
masyarakat. Untuk membuktikan hal tersebut Snow membuat peta kota London di
sekitar Golden Square yang menggambarkan distribusi geografi epidemi kholera
berdasarkan perbedaan letak pompa air minum.
3. Snow juga
menyimpulkan bahwa kasus kholera yang terjadi setelah 2 September 1854 tidak
ada hubungannya dengan air minum, tetapi terjadi karena pencemaran makanan oleh
racun kholera yang berasal dari penderita.
Kesimpulan
tersebut didasarkan atas hal-hal berikut:
Kematian
seorang ayah akibat kholera yang terjadi
setelah 2 September 1854 ketika sumber air minum telah dipindahkan dan
kematian tersebut terjadi di kamar putrinya yang meninggal akibat kholera pada
saat terjadi epidemi. Salah seorang kawannya bernama Henry Whitehead minum dari
sumber air yang sama dengan yang diminum penderita yang meninggal tersebut
ternyata ia tidak menderita kholera.
Dalam
penelitian ini, Snow juga menyimpulkan data tentang kebiasaan hidup masyarakat,
keadaan ekonomi, tingkat pendidikan, kebudayaan, higiene perorangan, keadaan
perumahan dan lain-lain.
Dari data yang
dikumpulkan dapat disimpulkan bahwa kasus kholera yang fatal banyak terjadi
pada penduduk dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah disertai dengan higiene
perorangan yang buruk.
Kesimpulan ini
didasarkan pada banyaknya kasus kholera yang terjadi pada penduduk miskin dengan
perumahan yang jelek, berjubel dan semua kegiatan hidup dilakukan dalam satu
kamar. Dalam melakukan studi epidemiologi tentang wabah kholera di kota London,
terdapat perbedaan antara William Farr dan John Snow. Perbedaan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Snow
menggunakan data statistik tidak untuk membuktikan adanya hubungan antara air
minum dengan kholera, tetapi menghubungkan mata rantai penyebab kholera
dan mengemukakan suatu teori tentang
komunikasi penyakit secara umum dan kholera khususnya.
2. Di samping itu,
Snow juga mengemukan suatu teori tentang penyebab penyakit kholera yang
disebabkan oleh “sel hidup” tetapi teori ini tidak diakui sampai kuman kholera
ditemukan oleh Pacini pada tahun 1868 dan dibiakkan oleh Robert Koch pada tahun
1883.
Selain studi
epidemiologi yang dilakukan di kota London berkaitan dengan wabah kholera,
pengamatan epidemi yang dilakukan oleh P.L. Panum terhadap epidemi morbili yang
terjadi di pulau Faroe Denmark pada tahun 1848.
4. Eksperimen Pada
Manusia
Cara yang
paling kuat untuk mengungkapkan penyebab suatu penyakit adalah melakukan
percobaan langsung pada manusia, tetapi hal ini jarang dilakukan kaena
pertimbangan faktor etis terutama bila percobaan tesebut dapat menimbulkan
kerugian bagi manusia.
Percobaan pada
manusia sebenarnya telah dilakukan sejak abad ke-18 walaupun jumlahnya sangat
sedikit. Contohnya sbb:
1. Eksperimen
yang dilakukan oleh James Lind pada tahun 1747 terhadap pelaut yang menderita
scorbut. Pada eksperimen tersebut Lind membagi penderita menjadi 2 kelompok dan
pada kelompok pertama diberi tambanhan buah jeruk segar pada menu makanan
sehari-hari, sedangkan pada kelompok kedua tidak.
C. LEVEL
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi
dibagi dalam
1. Epidemiologi
Deskriptif,
yaitu epidemiologi yang bertujuan menggambarkan keadaan. Level epidemiologi
deskriptif pada tingkat mengetahui distribusi dan frekuensi suatu
penyakit/masalah kesehatan
2. Epidemiologi
Analitik,
yaitu epidemiologi yang bertujuan menguji hipotesis suatu hubungan sebab
akibat. Level epidemiologi analitik adalah mempelajari sampai dengan mengetahui
faktor resiko atau faktor-faktor yang berhubungan/berpengaruh terhadap
timbulnya suatu penyakit/masalah kesehatan.
D. TUJUAN
Secara
umum dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam mempelajari
epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi distribusi dan determinan
penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Data
yang diperoleh dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang penyakit,
misalnya:
1.
Penelitian
epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa akibat keracunan makanan
dapat digunakan untuk mengungkapkan makanan yang tercemar dan menemukan
penyebabnya;
2.
Penelitian
epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan antara karsinoma paru-paru
dengan asbes;
3.
Menemukan
apakah hipotesis yang dihasilkan dari percobaan hewan konsisten dengan data
epidemiologis. Misalnya percobaan tentang terjadinya karsinoma kandung kemih
pada hewan yang diolesi tir. Untuk mengetahui apakah hasil percobaan hewan
konsisten dengan kenyataan pada manusia, dilakukan analisis terhadap semua
penderita karsinoma kandung kemih yang dirawat di rumah sakit. Dari hasil
analisis ditemukan bahwa penderita karsinoma kandung kemih lebih banyak
terpajan oleh rokok dibandingkan dengan bukan penderita (studi case control hospital based)
4.
Memperoleh
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
perencanaan, penanggulangan masalah kesehatan serta menentukan prioritas
masalah kesehatan masyarakat, misalnya:
data
frekuensi distribusi berbagai penyakit yang terdapat di masyarakat dapat
digunakan untk menyusun rencana kebutuhan pelayanan kesehatan di suatu wilayah
dan menentukan prioritas masalah;
bila
dari hasil penelitian epidemiologis diperoleh bahwa insidensi tetanus
neonatorum di suatu wilayah cukup tinggi maka data tersebut dapat digunakan
untuk menyusun strategi yang efektif dn efisien dalam menanggulangi masalah
tersebut, misalnya dengan mengirim petugas lapangan untuk memberikan penyuluhan
pada ibu-ibu serta mengadakan imunisasi pada ibu hamil.
E. Ruang Lingkup
dan Jangkauan
Dari
pengetahuan tentang ruang lingkup/jangkauan epidemiologi kita dapat mengetahui
apa saja yang termasuk dalam epidemiologi karena jangkauan epidemiologi terus
berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat.
Perkembangan jangkauan epidemiologi dapat digambarkan sebagai berikut:
1)
Pada
awalnya epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang bersifat menular/infeksi
dan akut saja, melalui temuan-temuan tentang:
a.
jenis
penyakit wabah : cacar, pes, kolera
b.
cara
penularan dan penyebab pennyakit wabah
c.
cara-cara
penanggulangan dan pencegahan penyakit wabah
2)
Tahap
berikutnya epidemiologi juga mempelajari
penyakit infeksi non-wabah
3)
perkembangan
lebih lanjut, epidemiologi juga mempelajari penyakit tidak menular atau kronis
misalnya; penyakit jantung, karsinoma, hipertensi dan penyakit gangguan hormon
(DM dll)
4) Akhirnya
epidemiologi mempelajari hal-hal yang bukan penyakit atau masalah
sosial/perilaku (fertilitas, menopause, kecelakaan, kenakalan remaja dan
penyalahgunaan obat), termasuk penilaian terhadap pelayanan kesehatan serta
masalah di luar bidang kesehatan.
Perkembangan
epidemiologi yang sedemikian pesat merupakan tantangan yang sangat berat bagi
tenaga kesehatan karena keadaan tersebut tidak dapat diatasi hanya dengan
perbaikan sanitasi dan perbaikan ekonomi, tetapi merupakan masalah yang sangat
kompleks yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dan berbagai instansi atau
institusi.
Jangkauan
epidemiologi kini telah sedemikian luasnya hingga mempelajari semua hal yang
menimpa masyarakat. Makin luasnya jangkauan tersebut antara lain disebabkan
hal-hal berikut:
1) Kemajuan
teknologi yang sangat pesat pada beberapa dasawarsa terakhir
2)
Kebutuhan
dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan kehidupan masyarakat menjadi
semakin kompleks
3)
Metode
epidemiologi yang digunakan untuk penyakit menular dapat digunakan untuk
penyakit non infeksi dan non- penyakit
4)
Meningkatnya
kebutuhan penelitian terhadap penyakit non-infeksi dan non-penyakit
5)
Metode
epidemiologi dapat digunakan untuk mempelajari asosiasi sebab-akibat misalnya:
asosiasi antara
rokok dengan karsinoma paru-paru dan
asosiasi antara
pelayanan kesehatan dengan status kesehatan masyarakat
DAFTAR
REFERENSI
1. Mac. Mahon anf
Pugh T.F; Epidemiology, Principle and
Methods. Boston: Little Brown Inc, 1970
2. Lilienfeld, AM
and Lilienfeld DE; Foundation of
Epidemiology New York: Oxford University Press, 1980
3. Robert Gayners
R, Richard C, Edward J, Emori TG, Horan T, Alonso-Echanova J, Fridkin S, Lawton
R, Peavy G, Tolson J, and The National
Nosocomial Infections Surveillance (NNIS) System 2001
4. Penataran
Surveilans Epidemiologi Tingkat Pusat; Kumpulan
Makalah Bagian Pertama. Sub Direktorat Surveilans Epidemiologi Dit Epim.
5. Dr. Eko
Budiarto, SKM, Dr. Dewi Anggraeni; Pengantar
Epidemiologi Edisi 2, 2003
6. Heru Subaris H,
SKM, Mkes, Ir. Irianton Aritonang, Mkes, Handoko Riwidigdo, SKp, Bondan
Palestin, SKM, Sri Arini Winarti, SKM; Manajemen
Epidemiologi, 2004
Dipublish oleh : les privat surabaya
0 comments:
Post a Comment